bubble kursor

Kamis, 29 September 2011

Laporan MPI

 

LAPORAN PRAKTIKUM
METODE PENANGKAPAN IKAN

 
Disusun Oleh :

LA ODE. YUSRIN. SAMAD
07 – 410 - 019


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DAYANU IKHSAHANUDDIN
BAU – BAU
2011



I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab masih rendahnya tingkat pendapatan nelayan, antara lain alat tangkap yang tidak produktif, modal untuk pengembangan usaha, keterbatasan sumberdaya, dan lain-lain. Semua faktor ini dapat mempengaruhi penurunan produktivitas. Secara tidak langsung dengan produktivitas yang rendah, maka keuntungan yang didapatkan nelayan pun berkurang .
Untuk memperoleh keuntungan yang besar sebenarnya dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menaikkan harga jual. Namun yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu dengan cara menekan biaya produksi.
Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan sampai ikan tersebut siap untuk dijual. Biaya produksi ini dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam suatu masa produksi, antara lain biaya peralatan, biaya penyusutan peralatan (seperti kapal, mesin, fiber, alat tangkap, jangkar, dan lain-lain), serta biaya pemeliharaan. Sementara biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali masa produksi antara lain biaya operasional (seperti BBM, es, konsumsi), serta upah tenaga kerja .
Ada beberapa permasalahan perikanan yang kompleks yang diakibatkan oleh penggunaan peralatan yang bermacam-macam (purseine, payang, gillnet, cantrang, tramel net, arad, pancing, dan lain-lain). Hasil tangkapan rendah karena pada umumnya mereka merupakan nelayan tradisional atau berskala kecil sehingga daerah tangkapannya (fishing ground) terbatas tidak jauh dari pantai. Pendapatan mereka juga rendah karena biaya operasional yang tinggi dan harga jual ikan di TPI yang berfluktuasi. Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka perlu adanya peningkatan pendapatan nelayan melalui peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan input produksi pada berbagai jenis perahu atau kapal motor dan alat tangkap perikanan.
Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan antara lain adalah:
1. Tenaga kerja,
2. Bahan bakar,
3. Jenis alat tangkap yang digunakan,
4. Jenis kapal
5. Perbekalan, dan
6. Pengalaman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kegiatan penangkapan ikan antara lain adalah jumlah bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur nelayan, serta pengalaman nelayan. Sedangkan input produksi yang paling berperan adalah bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Pada umumya nelayan belum menggunakan kombinasi input yang sesuai sehingga operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap tidak efisien yang mengakibatkan pendapatan nelayan kurang maksimal.
1.2    Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan masyarakat nelayan khususnya kegiatan penangkapan ikan.

1.2.2 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum ini yaitu membiasakan mahasiswa bagaimana cara pengumpulan data di masyarakat. Serta untuk memperoleh data tentang aktifitas nelayan tangkap di Desa Wantopi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

            Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar matahari dapat tembus sampai ke dasar laut, sehingga organisme dilaut tumbuh dengan subur (Ratna Evy dkk, 1997).
 Habitat perairan laut dapat dibagi ke dalam tiga kelompok wilayah perikanan, yaitu:
1.       Daerah pantai (paparan)
2.       Daerah upwelling yaitu perbatasan antara daerah pantai dan laut terbuka dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas
3.       Laut terbuka (lepas pantai).

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya ikan, kebanyakan perikanan diklasifikasikan menurut produk yang ditangkap, yakni spesies yang menjadi target bagi keperluan manusia. Oleh sebab itu dikenal perikanan tuna dan cakalang, perikanan udang, perikanan paus, dan lain-lain. Juga dikenal pengelompokan perikanan lain seperti perikanan pelagis kecil (layang, kembung, selar, dan lain-lain), perikanan demersal (kakap, bawal, layar, kerapu), perikanan karang, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan penangkapannya biasa dilakukan oleh berbagai jenis usaha perikanan, baik perikanan skala kecil yang biasanya terbatas dekat tempat pendaratan atau pelabuhan basis mereka, sampai perikanan skala besar seperti perikanan trawl (pukat harimau) yang menangkap ikan laut (Widodo, 2006).
Agar persediaan ikan dalam laut tetap banyak, maka ikan-ikan kecil hendaknya jangan ditangkap. Begitu pula rumah-rumah atau tempat kediaman ikan seperti karang hendaknya jangan dirusak. Pemakaian dinamit dan racun (tuba) harus dilarang sebab dapat memusnahkan seluruh ikan, baik yang besar maupun yang kecil, serta menghancurkan tempat kediamannya. Demikian juga penggunaan trawl (pukat harimau) merugikan nelayan tradisional (Ratna Evy dkk, 1997).
Kegiatan penangkapan ikan dilaut dapat diklasifikasikan menurut besarnya usaha, yaitu:
a). Klasifikasi perahu tanpa motor
1. Jukung ; sampan atau perahu dengan bentuk yang sederhana
2. Perahu papan
• Kecil (panjangnya lebih kecil dari 7m)
• Sedang (panjangnya 7-10 m)
• Besar (panjangnya lebih besar dari 10 m)

b). Perahu motor tempel
c). Klasifikasi kapal motor
1. < 5 GT
2. 5-10 GT
3. 10-20 GT
4. 20-30 GT
5. 20-50 GT
6. 50 100 GT
7. 100-200 GT
8. 200 GT ke atas

Pembagian alat tangkap ikan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Pukat kantong (seine net)
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan, dan kantong jaring, bagian kantong terletak di belakang bagian badan yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat kantong terdiri dari pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat pantai.
2. Pukat Cincin (purse seine)
Adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung gerombolan ikan.
3. Jaring insang (gill net)
Merupakan alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Dilengkapi dengan sejumlah pelampung, pemberat, tali ris atas, dan rali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan atau terpuntal. Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan, dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis tangkapan utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap, jaring udang, dan lain-lain.
4. Jaring angkat
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang dibentangkan dengan menggunakaan kerangka dari batang kayu atau bambu sehingga jaring angkat membentuk kantong.
5. Pancing (long line)
Adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami maupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk ke dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (longline), dan pancing. Alat pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekali (beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan industri.
6. Perangkap
Adalah alat penangakapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu, atau besi yang dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (dapat dipindah tempatkan) selama jangka waktu tertentu.
(Hartono, 2008).
Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009, disebutkan bahwa masalah yang dihadapi dalam revitalisasi pertanian, khususnya perikanan di antaranya adalah:
1)       Rendahnya kesejahteraan nelayan dan relatif tingginya tingkat kemiskinan,
2)       Akses ke sumber daya produktif termasuk sumber daya permodalan yang terbatas, dan
3)       Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya perikanan yang ada. Permasalahan tersebut menjadi kendala serius yang perlu diupayakan penanggulangannya. Keberpihakan pemerintah, terutama lembaga keuangan relatif masih sedikit terhadap pengembangan bidang usaha perikanan.

III   METODOLOGI PENELITIAN

3.1     Waktu Dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan selama 1 hari, yaitu tanggal 30 Januari 2011. yang pelaksanaannya bertempat di Desa Wantopi Kecamatan Mawasangka Timur Kabupaten Buton.
3.2     Alat Dan Bahan
3.2.1      Alat
Alat yang digunakan berupa :
1.       Balpoin
2.       Kuisioner

3.2.2      Bahan
Bahan yang digunakan yaitu
1.        Masyarakat sebagai pokok pengamatan, yaitu Bapak La Sai.
3.3     Prosedur Kerja
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi rumah penduduk yang akan menjadi objek pengamatan. Untuk memperoleh data ini masyarakat di beri kuisioner yang telah disusun terlebi dahulu oleh pengumpul data. Setelah data-data telah terangkum, data tersebut dibuat menjadi bentuk laporan.

IV  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
            Dari kegiatan pengumpulan data di Desa Wantopi dengan memberi kuisioner  kepada responden. Peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :
  1. Alat tangkap yang digunakan masyarakat adalah jaring.
  2. Rata-rata jarak areal penangkapan ± 2 mil laut.
  3. Musim penangkapan ikan dilakukan pada kisaran bulan 4 - 7
  4. jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan Desa adalah ikan ruma-ruma dan ikan kakap.
  5. Masih minimnya informasi tentang kegiatan penangkapan ikan bagi masyarakat desa Wantopi
  6. Biaya inventasi (biaya tetap dan biaya variabel) di tanggung oleh pemilik
  7. Biaya perbekalan di tanggung oleh nelayan sendiri
A. BIAYA INVESTASI









No
Jenis Barang
Jumlah satuan
Harga satuan (Rp)
Total Harga (Rp)
Umur teknis (Tahun)
Nilai Sisa (Rp
Penyusutan (Rp)
1
Jaring
10
80.000
800.000
2
20.000
100.000
2
Pelampung Jaring
8 Paket
10.000
80.000

0
0
3
Timah Pemberat
6 kg
20.000
120.000
2
15.000
15.000
4
Perahu
1
1.000.000
1.000.000
4
500.000
1.500.000
5
Mesin Katinting
1
2.000.000
2.000.000
3
750.000
1.500.000
Total
3.110.000
3.200.000

1.280.000
3.115.000

B. BIAYA OPERASIONAL






No
Jenis Biaya
Jumlah
Harga Satuan
Trip
Jumlah Harga
A
Biaya Tetap
1
Sterefom
3
40.000

120.000
2
Perawatan
Ls


1.000.000
Total
1.120.000
B
Biaya Variable
1
Bensin
40 liter
4.500

180.000
2
Es Batu
35
500
21
367.500
3
Konsumsi
Ls
10.000
21
210.000
4
Oli
1 liter
27.000
21
567.000
Total
1.324.500
Total A + B
2.444.500






























1.       Rumus Hasil = Nilai Pendapatan – Biaya Operasional
                      Rp.3.115.0002.444.500 = Rp 670.500

2.       Pengembalian investasi = Laba Bersih X 100%
                                              Investasi 
                                           = 670.500 X 100%
                                              3.200.000
                                                    = 0,21

3.       NET Benefit per Cost ( NET B/C )

                                         =  Total pendapatan
                                             Biaya Operasional

                                         = 3.115.000
                                            2.444.500
                                         = 1,27 

4.2. Pembahasan
4.2.1 Permodalan :
Permodalan nelayan yang di temui didesa Wantopi Kec. Mawasangka timur Kab. Buton berasal dari modal sendiri, untuk membeli peralatan – peralatan yang diperlukan untuk menangkap ikan.

4.2.2. Alat dan cara penangkapan
Penangkapan ikan biasanya dilakukan 1 – 2 orang / 1 perahu yang menggunakan alat tangkapan jaring dan mulai beraktifitas  sekitar jam 04 : 30 pagi dan kembali pada jam 08:15 pagi.

 4.2.3 Musim dan produksi hasil penangkapan
Dalam melaksanakan kegiatannya masyarakat biasa mengikuti perputaran bulan dilangit tapi kalau itu nelayan yang masih bersifat tradisional, tapi kalau sudah menggunakan peralatan yang modern biasa masyarakat melakukan aktifitasnya sebulan penuh. Biasanya untuk mendapatkan hasil yang baik, nelayan beroperasi pada bulan 4 – 7.

4.2.4 Pemasaran                                                       
Hasil tangkapan nelayan biasanya di jual langsung di desa tersebut dan apabila hasilnya cukup banyak penjualan ikan tersebut sampai ke Kec. Mawasangka Timur dan terkadang hasil tangkapan tersebut di jual di tengkulak.

4.2.5 kendala yang di hadapi dan alternatif yang di hadapi.
Kendala yang di hadapi oleh nelayan adalah.
1.         Modal nelayan masih bergantung pada diri sendiri, untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya peningkatan peranan KUD dan nelayan diberi motifasi tentang perluhnya berkoperasi.
2.         Produksi ikan masih berganti pada musim. Untuk mengatasi hal ini maka perluh adanya alternatif lain yaitu budidaya rumput laut.
3.         Perlu adanya data tentang sumberdaya ikan baik di desa wantopi maupun lokasi lain sekitar desa tersebut, sehingga ikan dapat di tangkap seoptimal mungkin tanpa merusak kelestarian dan dapat di tangkap secara berkelanjutan.

4.2.6 Analisa usaha
            Dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring dapat dikatakan layak untuk usaha penangkapan ikan. Berdasarkan Net benefit/Cost nilai di didapatkan adalah 1,27 yang berarti bahwa apabila Net B/C lebih dari 1 maka dikatakan layak dan begitu pula sebaliknya.
V   KESIMPULAN DAN SARAN
5.1     Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pengumpulan data dapat disimpulkan bahwa :
1.                 Kegiatan penangkapan ikan di desa wantopi masih bersifat tradisional, dan masih menggunakan modal sendiri
2.                 Bantuan dan perhatian pemerintah di bidang perikanan untuk Desa Wantopi masih kurang.
3.                 Perlu adanya peningkayan sumberdaya manusia untuk Desa Wantopi.
5.2     Saran
Diharapkan untuk kegiatan praktikum selanjutnya perlu adanya ketegasan dari pihak pendamping praktikum kepada semua peserta agar praktikum berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya hambatan.

DAFTAR PUSTAKA

 Afrianto, E dan Evi Liliawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Jakarta. Kanisius.
Anonimus. 1985. Menangkap Ikan Dengan Jaring Insang Letak Dasar. Jakarta. Bhrata Karya Aksara.
Anonimus. 2007. Agribisnis Perikanan. Jakarta. Penebar Swadaya.
Beartie, B. R dan Taylor, C. R. 1994. Ekonomi Produksi. Yogyakarta. UGM Press.
Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara. 2008. Statistik Perikanan Tangkap. Medan
Djohan, A. D. 2002. Analisis Kebijakan Sistem Operasi Penangkapan Ikan. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/ S3. Institut Pertanian Bogor.
Dahuri, R. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.
Subani, W, dan Barus. H. R. 1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Departemen Pertanian. Jakarta.
Dirjen Perikanan. 1975. Ketentuan Kerja Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data Statistik Perikanan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Hartono, I. 2008. Perhitungan Produktivitas Kapal Perikanan. http://harerablog.blogspot.com. Tanggal Pengambilan 6 Maret 2009.
Ratna Evy, Endang Majiutani, dan K. Sujono. 1997. Usaha Perikanan Indonesia. Jakarta. Mutiara Subur Widya.
Widodo, J. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut. Yogyakarta. UGM. Press
Yusuf, M.         . Sengketa Wilayah Tangkap Ikan. Program Pasca Sarjana. IPB

1 komentar:

  1. coment yang membangun dan ide-ide menarik dari teman sangat diharapkan demi kemajuan ilmu kita bersama....ayo semangat ...kita pasti bisa...

    BalasHapus