bubble kursor

Senin, 10 Oktober 2011

PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN YANG BAIK

1.   Kriteria obat-obatan yang digunakan untuk mengobati ikan, Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh para pembudidaya ikan yang akan melakukan pengobatan terhadap beberapa jenis penyakit infeksi yaitu:
·          Jika penyakit ikan disebabkan oleh virus maka tidak ada obat  yang dapat memberantas virus tersebut. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi     hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyakit.
·         Jika penyakit disebabkan oleh bakteri maka obat yang dapat digunakan adalah bahan kimia sintetik atau alami atau antibiotika.
·         Jika penyakit disebabkan oleh jamur dan parasit maka obat yang digunakan adalah bahan kimia.
Dalam melakukan pengobatan dengan menggunakan bahan kimiaharus diperhatikan beberapa hal yaitu :
·         Bahan kimia yang digunakan harus larut dalam air
·         Bahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap produksi kolam. Bahan yang digunakan harus selektif yaitu bahan yang  digunakan hanya mematikan sumber penyakit tidak mematikan ikan.
·         Bahan tersebut mudah terurai Pengobatan ikan sakit dapat dilakukan beberapa metoda. Metoda yang dilakukan harus mempertimbangkan   antara lain; ukuran ikan, ukuran wadah, bahan kimia atau obat yang diberikan dan sifat ikan
Sedangkan  penyebab obat alami lebih di anjurkan dari pada obat-obatan, Salah satu alasannya adalah reaksi dan cara kerja yang berbeda antara kedua herbal tersebut, yaitu :

Perbandingan Obat alami dan obat kimia

No.
Obat alami
Obat Kimia
1
Harganya terjangkau
Harga relatif mahal karena faktor  impor.
2
Efek samping relatif kecil
Efek samping pengobatan lebih sering terjadi.
3
Reaksinya lambat.
Reaksinya cepat.
4
Memperbaiki keseluruhan sistem tubuh.
Hanya memperbaiki beberapa  sistem tubuh
5
Terapi sampingan: Diet terhadap makanan tertentu.                                                   
Terapi sampingan: diet terhadap makanan tertentu dan perlakuan tertentu pada tubuh seperti bedah atau operasi dan manajemen stres.
2. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjamin Kesehatan Lingkungan   
     Budidaya, harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
A. Lokasi
Lokasi budidaya yang baik sangat mendukung kehidupan hewan budidaya sehingga mampu bertahan terhadap infeksi patogen. Persyaratan lokasi yang baik antara lain bebas dari cemaran karena akan berakibat pada rendahnya kualitas air. lingkup budidaya  yang sudah terlanjur dibangun di area tercemar harus dilengkapi dengan fasilitas perbaikan kualitas air.

B. Disain dan Konstruksi
Disain dan konstruksi tempat budidaya dibuat untuk memberikan lingkungan yang baik bagi kehidupan biota yang hidup dan mampu mencegah masuknya patogen dari luar serta mudah dilakukan pengendalian penyakit.
C. Kawasan Budidaya Bebas Penyakit
Keberhasilan produksi dalam satu kawasanbudidaya ditemukan oleh kesadaran, disiplin, dan kerjasama par a pembudidaya. Penerapan cara berbudidaya yang benar yang dilakukan oleh sebagian pembudidaya pada kawasan budidaya belum menjamin keberhasilan produksi secara berkelanjutan.
D. Sistem Budidaya
bila sudah terjadi pencemaran yang akut,Cara lain untuk menghindari resiko infeksi virus ke hewan budidaya lain adalah dengan cara  mengistirahatkan tempat budidaya untuk jangka waktu tertentu.
E. Pengelolaan Kualitas Air
Pasokan air dapat dimasukkan ke dalam tandon menggunakam pompa atau tenaga pasang surut. Air yang akan digunakan untuk hewan  budidaya  harus bebas dari virus. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
* Gunakan saringan halus berlapis pada setiap pipa/pintu pasok air untuk mencegah masuknya karier ke dalam petak tandon.
                        * Gunakan petak tandon (reservoir) sebagai sumber pasokan air budidaya.
                        * Air di petak tandon dapat didesinfeksi, biofiltrasi, dan bioremidiasi.
* Air di petak tandon setelah dilakukan proses : point (1) sampai (3) dibiarkan selama  4 (empat) hari baru dapat digunakan di petak budidaya.
Dengan menerapkan langkah-langkah diatas dengan baik , kesehatan lingkungan budidaya dapat terjamin.
3.         3 hal yang harus menjadi jaminan untuk menentukan kualitas pakan sehingga benar-benar pakan yang diberikan tidak menjadi penyebab terjadinya penyakit,yaitu sebagai berikut :
(1)Kualitas pakan berdasarkan kandungan nutrisinya yang diperkuat dari hasil analisa proksimat di laboratorium pabrik pakan,
(2)Kualitas pakan berdasarkan tampilan fisik yang bisa cepat dilihat dengan penciuman dan penglihatan biasa, dan
(3) Kualitas pakan berdasarkan kelengkapan bahan pendukung.

4.         4 Macam perilaku menyimpang dari keadaan dan perilaku normal serta kemungkinan penyebab penyakit ikan tersebut dan tindakan pencegahan-pencegahannya yaitu sebagai berikut :

1. Sembelit (konstipasi)

Sembelit atau konstipasi (constipation) merupakan gejala yang tidak jarang dijumpai pada ikan, dengan ciri utama ikan kehilangan nafsu makan, tidak bisa buang kotoran, dan malas (berdiam diri di dasar). Dalam kasus berat bisa disertai dengan nafas tersengal-sengal (megap-megap) dan badan mengembung.

Penyebab

Pada umumnya disebabkan oleh diet yang tidak tepat yang diberikan dalam jangka waktu lama.

Pencegahan dan pengobatan

Puasakan ikan selama beberapa hari. Lakukan perlakuan perendaman dengan garam inggris. Naikkan suhu secara perlahan (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) untuk meningkatkan metabolisme. Pada saat ikan tampak mulai bisa membuang kotoran, beri makan pertama kali dengan pakan yang mengandung serat tinggi.

Perbaiki/koreksi diet ikan untuk mencegah berulangnya gejala. Tambahkan pada diet suplemen pakan dengan kandungan serat tinggi.

2.Penyakit Gelembung Renang


ikan yang terserang gelembung renangnya selalu berenang di permukaan air, jatuh ke dasar kolam, dan berenang melintir-lintir (tidak bisa berenang dengan lurus dan normal).

Penyebab

Penyebab penyakit gelembung renang ini tidak lain adalah terjadinya pembengkakan usus yang me-nekan gelembung renang. Pembengkakan usus bisa saja terjadi karena ikan salah makan, misalnya saja di-berikan makanan yang mudah mengembang seperti roti. Roti ketika dimakan kering akan mengembang begitu bereaksi dengan air dalam usus dan bisa menyebabkan usus membengkak. Atau bisa disebabkan usus tidak mampu mencerna makanan yang dikon-sumsi ikan, yang menyebabkan tubuh lemah sebagaimana halnya penurunan suhu yang drastis.Semua ini menyebabkan penimbunan lemak yang mampu merusak fungsi gelembung renang dan ikan bertingkah aneh.

Pencegahan dan pengobatan
Selama ini belum ada obat yang bisa me-nolong ikan dari penderitaannya. Satu-satunya jalan. adalah dengan menghindarkan (diet) ikan dari makanan yang mudah mengembang dan banyak mengandung lemak. Juga hindarkan agar ikan tidak mengalami pergoncangan suhu yang drastis.
3. White Spot

White spot atau dikenal juga sebagai penyakit "ich" merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip.

Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar ( mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. sirip tampak robek-robek dan compang-camping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan menglami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.

Penyebab.

White spot disebabkan oleh parasit yang diberi nama: Ichtyophtirius multifilis. Parasit ini diketahui terdiri dari beberapa strain. Ichtyophtirius multifilis memiliki selang toleransi suhu lebar, oleh karena itu, penyakit white spot dapat dijumpai baik pada ikan-ikan yang hidup di air dingin maupun yang hidup di daerah tropis.

White spot dapat masuk kedalam sistem akuarium melalui ikan yang terjangkit, atau melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang. Tanaman air dan pakan hidup dapat pula menjadi perantara white spot terutama apabila lingkungan hidup tanaman dan pakan hidup tersebut telah terjangkit white spot sebelumnya.

Air ledeng berkualitas baik jarang menjadi media penyebaran white spot. Diketahui bahwa fase berenang white spot hanya dapat bertahan hidup selama beberapa jam saja sebelum harus menempel pada inangnya. Oleh karena itu, biasanya mereka akan mati selama proses pengolahan air.

Pencegahan dan Perawatan

Tindakan karantina terhadap penghuni akuarium baru merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white spot. Pada dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini. Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di toko-toko akuarium. Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa kimia seperti metil biru, malachite green, dan atau formalin. Meskipun demikian, ketiga senyawa itu tidak akan mampu menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan. Oleh karena itu, pemberian bahan ini harus dilakukan berulang-ulang untuk menghilangkan white spot secara menyeluruh dari akurium.

4. Ulcher

Ulcer merupakan suatu pertanda tarjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada ikan. Fenomena ini biasanya ditandai dengan munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan. Sering pula borok ini disertai dengan memerahnya pinggiran borok tersebut. Ulcer dapat memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur, selain itu, dapat pula disertai dengan gejala penyakit bakterial lainnya seperti kembung, dropsi, kurus, atau mata menonjol (pop eye).

Penyebab.

Nekrosis kulit, biasanya sebagai akibat terjadinya infeksi sistemik kronis yang diakibatkan oleh bakteri, terutama dari golongan aeromonas, pseudomonas, myobaker, dan vibrio. Luka terbuka yang terjadi dapat menyebabkan ikan menjadi sangat lemah. Pada kasus yang sangat parah, dimana terjadi kerusakan kulit yang luas, dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem pengaturan osmotik ikan, dan dapat menyebabkan ikan menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder.

Stres, terutama sebagai akibat penanganan ikan yang kurang baik, atau akibat perubahan lingkungan, dapat menjadi pemicu terjadinya ulcer. Seperti diketahui stres kronis dapat menyebabkan ikan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga menjadi lebih rentan terhadap penyakit.

Pencegahan dan Perawatan

Untuk mencegah terjadinya ulcer, jaga agar ikan tidak mengalami stres berlebihan.Apabila ulcer terjadi , hal yang perlu diperhatikan adalah mencoba menghilangkan penyebab ikan stres dan coba perbaiki dan tingkatkan kualitas air akuarium yang bersangkutan. Pada kasus yang parah, perendaman dalam garam untuk jangka panjang (selama beberapa hari) dengan dosis 3-5 ppm dapat membantu memulihkan stres osmotik, sehingga diharapkan ikan dapat bertahan dan mampu menurunkan resiko terjadinya infeksi jamur sekunder.

Ulcer ringan, sampai tahap tertentu, diketahui responsif terhadap perlakuan perendaman dengan obat-obatan anti ulcer atau anti bakteri sistemik. Sedangkan pada kasus yang serius, biasanya diperlukan perlakuan dengan anti biotik (seperti oxytetracycline) yang diberikan secara oral melalui pakan, melalui perendaman atau disuntikan.

5.         Tindakan preventif apakah yang anda lakukan untuk meningkatkan produksi budidaya rumput laut yaitu : melakukan reorientasi baru terhadap usaha budidaya rumput laut, sehingga budidaya rumput laut yang akan di laksanakan berjalan sesuai dengan rencana. dengan menimbang dan merencanakan manajemen produksi budidaya rumput laut yang baru.


6.         Prosedur mendiagnosa penyakit ikan di lapangan dan di laboratorium , Yaitu sebagai berikut :

Prosedur diagnosa di lapangan
1. Pengukuran panjang dan berat ikan.
            2. Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang.
            3. Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di   
                 bawah mikroskop.
4. Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk  
     Pembuatan preparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.
5. Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur.  
    vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga,       
    jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk.
            6. Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan  
                memiliki borok atau ada pembengkakan pada permukaan tubuh.
            7. Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut 
                dan amati tanda-tanda internal.
            8. Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau 
                BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan 
                Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.
            9. Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10°I° berpenyangga fosfat- untuk 
                histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR.


Prosedur diagnosa di laboratorium

Prosedur diagnosa di laboratorium yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit. Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat. Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit.

7.         Tindakan penanganan penyakit pada ikan adalah sbb:
a.       Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas virus. Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan.

b.      Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun, penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting.
c.       Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia.
d.      Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur dan siste memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting.